Wednesday, September 12, 2012

Ketika. . .

"saya terima nikah dan kawinnya Valda Kustarini binti blablabla dengan seperangkat alat solat dibayar tunai", "Saudari, Valda , bersediakah anda, dihadapan Allah dan disaksikan oleh sidang jemaat ini, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah dan senang. . . "


Mungkin gw cuma bisa ngasih 2 contoh "prosesi pengikatan" dalam pernikahan. gw memang ga tau prosesi pengikatan di agama-agama lain tapi gw yakin ga bakal jauh beda lah ya, mungkin cuma beda soal bahasa tapi intinya tetap sama yaitu "mengesahkan si wanita menjadi milik si pria dan begitu pula sebaliknya".

Pernikahan itu dianggap sebagai sesuatu yang suci dan ibadah. Pernikahan tidak hanya sekedar penyatuan 2 orang manusia tapi juga penyatuan 2 keluarga, sehingga pernikahan bukan lah sesuatu yang bisa dicoba-coba.
Memang, penyatuan 2 manusia lebih mudah karena dua-duanya sudah saling mengenal dan menoleransi serta menerima semua yang ada di pasangannya tapi bagaimana dengan keluarga?? apakah sama? pasti beda. tidak semua anggota keluarga mungkin bisa menerima sifat seseorang yang kita bawa atau bahkan tidak bisa menerima kita.

Dalam pernikahan, peran keluarga terutama orang tua sangatlah penting karena kita sebagai anak akan pergi meninggalkan mereka sehingga mereka menginginkan pasangan yang baik ,yang bisa menjaga kita. orang tua ingin kita bahagia maka dari itu mereka pasti amat selektif dalam memilihkan atau memberi restu terhadap calon menantunya.

bicara soal selektif, orang tua memiliki kriteria sendiri siapa yang pantas mendampingi kita. mungkin tidak secara spesifik tapi pasti ada kriteria idaman orang tua. saya, sebagai anak pertama akhir-akhir ini seperti diberikan penjelasan soal cara memilih jodoh oleh ayah saya. yah.. biasa.. no.1 ayah minta kami harus seiman, 2. dewasa dan cerdas, 3. kalau bisa nanti saya harus mencari yang sudah bekerja, 4. kalau bisa mencari seseorang dari suku yang sama.
disini hati saya tergelitik, yah.. ayah saya bukan tipe orang tua yang kolot sih. dia tetap membebaskan saya untuk memilih pria dari suku manapun tapi rasa narsisme yang tinggi juga melapisi sifat dia, sehingga ia tetap menyarankan walaupun tidak memaksa bahwa saya menikah dengan orang jawa lagi.

orang jawa. banyak wanita jawa yang bilang "suami idamanan itu orang jawa". mungkin ya, karena pria jawa terkenal kalem, rajin, dan mau berusaha. tapi semenjak saya kuliah saya tidak membatasi diri saya untuk mengenal dan jatuh cinta pada orang-orang di luar suku jawa. saya kuliah di jurusan jawa, saya jadi banyak tahu tentang sifat pria-pria jawa. saya lalu berpikiran "saya mau menikah dengan suku-suku besar yang ada di Indonesia. misalnya yang berasal dari palembang, padang, makassar. jadi kami sekeluarga bisa berbeda-beda, dan katanya kalau 2 suku bersatu nanti gen yang dihasilkan bisa membuat anak jauh lebih pintar". hehehe.. nah! saya berpikiran kesana.

kemarin saya mengobrol dengan teman-teman sejurusan. mereka mengatakan akan menikah dengan orang jawa. kenapa harus jawa lagi?? kenapa harus membeda-bedakan suku?? katanya kita bhineka tunggal ika. kenapa kita masih menganggap suku kita lebih baik? kenapa hanya ingin menikah dengan yang sama? kapan kita melebur mempraktekan bahwa kita bisa menerima siapapun karena Indonesia itu adalah 1??

"kamu jangan nikah sama suku ini karena blablabla.." kenapa harus menjudge dan megeneralisasikan bahwa suku A itu beini dan suku B itu begitu?? mungkin keluarga saya juga akan kaget jika mendengar dengan siapa sekarang saya dekat. Jajaka Bandung. akankah mereka memberikan saya restu jika memang nantinya saya jadi dengan dia??
saya berpikir bahwa mindset suku sangat mengungkung pola pikir kita. kita hidup dalam 1 dunia, kita semua sama. kulit memang berbeda karena alam tapi kita pada dasarnya adalah sama, sama-sama manusia. suku hanya konstruksi budaya, lagi pula kita juga tidak bisa memilih dimana kita akan lahir. jadi bukan masalah dengan siapa kita dan dari suku mana kita akan menikah. cinta itu tidak bisa dipaksa, tidak bisa kita tetap berpegang teguh bahwa saya akan mencintai lelaki jawa jika hati saya memilih dia yang diluar suku jawa sebagai jodoh saya. 

cinta itu murni, dan tidak memandang bulu. kenapa kita harus terkotak-kotak?? jika agama memang saya tidak berani bertindak jauh karena agama adalah kepercayaan yang berhubungan langsung dengan tuhan, saya tidak akan bermain-main dengan itu tetapi suku. suku bukanlah sebuah hal yang perlu diperdebatkan. memang dikhawatirkan akan ada crash budaya tapi apakah orang yang saling mencintai tidak belajar untuk saling menerima dan belajar bagaimana membahagiakan pasangannya dan sebagai keluarga, bisakah kalian berlaku sebagai keluarga Indonesia?? melakukan hal yang universal jika tau menantu kalian bukanlah dari suku yang sama?!

jika nanti menikah semuanya akan terlihat, seseorang dari suku tertentu yang dianggap rajin mungkin sebenarnya pemalas. siapa tahu? suku tidak mempengaruhi sifat pasangan kita. kalau dia males ya males aja, kalau dia rajin ya rajin. semuanya bergantung pada diri sendiri.

saya tidak mau mengecewakan orang tua saya tapi untuk masalah siapa yang akan saya pilih, saya rasa saya sudah dewasa untuk menentukan :)

yang akan membuat pilihan


Valda
XOXO

1 comment:

  1. hahahaha kayaknyan gw tau tuh siapa yang mencetuskan pernyataan, "suami idaman adalah orang Jawa" hehehe

    mantap val.. Yang namanya udah cinta mah susah yaa. Tapi ya udah, mau orang mana mana mana, balik lagi ke komitmen kita saat pengikatan janji perkawinan. Emang banyak val temen gw yang curhat gt juga, malah ada temen gw yang bakal dicoret dari keluarga besarnya kalau gak nikah sama seseorang dari suku tertentu. Emang susah dah.. hehehe

    ReplyDelete