sebenernya udah dari lama juga pengen nulis tentang unek-unek atau curhat ini tapi sayangnya begitu jari gw bersentuhan dengan keyboard gw ngerasa ide gw menguap gitu aja, semangat nulis yang gw punya langsung ilang pas gw megang keyboard laptop gw.
sebenernya gw pengen cerita soal pemikiran orang, dan berkat dia gw jadi mulai berpikir juga walaupun gw malah jadi takut sendiri.
Jadi, gw punya temen di twitter yang selalu mengungkapkan opini dia tentang isu-isu yang ada mulai dari isu sosial,politik, budaya, bahkan agama. menurut gw dia frontal dalam mengemukakakn opininya, mungkin aja itu gak frontal menurut dia, tapi gw termasuk orang yang gak terbiasa frontal ketika gak setuju atau setuju. i'm better silent and listening. tapi menurut gw dia adalah orang yang berani, dan kritis.tapi gw berpikir kadang dia itu berlebihan juga kalau ngasih opini.
gw kadang seneng dan kadang ngeri juga ama pemikiran dia, dia itu kritis akan sesuatu hal takutnya dia dengan ke kritisannya malah jadi salah langkah.
gw kadang bingung gimana gw harus ngadepin dia ketika nanti ada debat. ujung-ujungnya orang-orang pasti ngomongin soal agama lagi agama lagi.
kadang gw bingung sebenernya dia itu termasuk orang yang beragama atau engga.
dia pernah bilang "gw percaya tuhan tapi gw gak percaya agaman". honestly, it makes me scare.
jujur aja, ketika gw berhadapan dengan situasi terpojok gw pasti mengatasnamakan agama, sadar atau engga gw begitu.
padahal kadang-kadang pembelaan itu sama sekali gak relevan dengan ajaran agama, itu cuma supaya gw gak keliatan salah-salah amat.
ketika kita menggunakan kacamata agama, seharusnya disetiap aspek pun kita menggunakannya kan? gak cuma disaat kita kepepet.
dalam agama pun ada 2 bagian kan, aqidah dan syariah. kalau soal percaya kepada tuhan, dan segala ibadahnya kita harus sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan hadist. tapi kalau soal berhubungan dengan sesama manusia, hukum yang dipakai kan fleksibel. jadi kita harus menemukan win-win solution kalau mau memecahkan masalah.
gw jadi inget soal toleransi umat beragama kenapa kadang umat Islam keliatan egois ya??
kenapa kesannya kita kayak mau memusuhi semua agama lain. sebenernya toleransi beragama itu kayak apa sih??
kita gak boleh menycapkan "selamat hari raya" ke orang diluar agama islam tapi mereka sering mengucapkan selamat ke kita.
mereka juga baik sama kita, kenapa kita ga bisa baik sama mereka?
mungkin kita memang terbiasa hidup di lingkungan yang mayoritasnya islam jadi kita digolongan kuat, sedangkan mereka, mereka kesannya kayak benda asing yang bertahan supaya diakui keberadaannya.
ini yang gw dapat ketika gw baca timeline orang tersebut dimana dia berjuang (mungkin) untuk membuat Indonesia yang lebih baik. tapi disini gw agak bingung juga. kata "baik" ini sebernya yang kayak gimana? pemerintah punya banyak gaji kan itu baik, atau rakyat yang menganut sama rasa sama rata kan juga baik. jadi definisi yang baik untuk semua itu gimana? apalagi kalau kita banyak suku bangsanya dan amcam-macam agamanya?
Nasionalis dan Religius akan punya jarak, bagaimana menyatukannya?
selain dua kubu itu, ada kubu 1 lagi yaitu yang mau jadi warga biasa-biasa saja.
apa kita harus memakai landasan agama? atau kita mau memakai landasan kemanusiaan??
sebenernya apa aja sih dalamnya agama? apa ada nilai-nilai yang universal yang bisa dipakai jadi landasan negara?
huaaahhh... ini jadi unek-unek gw ketika gw harus merenungkan apa yang harus gw lakukan untuk kedepannya. gw bingung, gw adalah manusia yang beragama ketika gw harus mengenalkan budaya jawa yang kadang melibatkan hal-hal magis diluar agama apa yang harus gw lakukan? padahal itu adalah tanggung jawab gw untuk melestarikan budaya.
apa gw membiarkan orang-orang itu tetep ikutan budaya lama? atau gw mengajak mereka ke budaya agama gw? tapi bagaimana dengan karakter atau jiwa suatu bangsa kalau kita gak punya budaya??
apa kita mau jadi badut yang ikut-ikutan aja??
No comments:
Post a Comment